Novel

Rabu, 30 Juni 2010

Bencana Masih Mengancam Orang-Orang Sawah

Arafat Nur

SEIRING dengan harapan, manakala pengolahan rawa-rawa seluas 6.000 hektar sudah menjadi areal persawahan, tekad petani Cot Trieng semakin kuat menghadapi segala kendala dan rintangan. Demikian pun usaha keras mereka, ancaman bencana masih terus mengancam.

Lahan rawa-rawa yang terhampar di pedalaman Kecamatan Muara Satu, Pemko Lhoksemawe ini, seyogyanya, sudah sejak dulu menjadi wadah air bagi hujan, dan penduduk memahami akan hal itu. Tetapi, kebutuhan akan lahan petani jualah yang kemudian melihat betapa besarnya potensi pertanian yang terbengkalai selama masa perang itu.

Dari usaha yang sudah mereka lakukan selama ini terhadap penggarapan lahan itu, dan didukung pula oleh dana otonomi khusus (Otsus) tahun 2008, maka sejauh itu pula petani di sana sudah dapat mencecap hasil padi sebanyak dua kali panen sekalipun masih jauh dari hapan sekalian petani.

Sejauh ini, sebagaimana yang diusahakan beberapa tokoh bijak di sana yang telah menunjukkan alasan-asalan terhadap potensi rawa-rawa itu, sehingga kemudian pemerintah kota tergerak, bukanlah hanya cakap bohong semata. Panen padi yang berturut-turut, sedikit banyaknya telah mengubah kesejahteraan masyarakat yang sebelumnya amat terpuruk.

Besarnya semangat penduduk terhadap pengolahan sawah itu dibuktikan dengan kesungguhan mereka dalam bekerja, berikut menghidupkan kembali tradisi khanduri blang, ritualisasi petani dalam menyambutan musim panen dan musim turun ke sawah, dilaksanakan secara meriah di pinggir sawah.

Khanduri bang yang berlangsung Kamis (17/5) itu dihadiri Walikota Lhokseumawe, Munir Usman serta puspida dan muspika setempat, turut pula tokoh masyarakat, tokoh agama, kejruen bang (pemangku adat pertanian kampung dan kecamatan), serta sejumlah masyarakat lainnya dengan menggelar tahlil dan menyantap nasi berlaukkan masakan kari ayam.

Pada saat itulah terungkap, bahwa perubahan pesat sudah terjadi di sana sejak empat tahun terakhir usaha mencetak sawah baru digagas beberapa orang cakap kampung yang hendak mengubah lahan rawa-rawa yang dulunya pernah diisukan sebagai tempat persembunyian para pentolan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kala tentara pemburu mengepung daerah itu, tetapi akhirnya tidak menemukan seorang pemberontak pun berkeliaran di rawa-rawa sana selain petani ketakutan yang sedang buang hajat di pinggir hutan itu.

Oleh sebab kondisi itu, maka lahan tadah air itu seringkali kekeringan bilamana musim kemarau datang, dan air melimpah-ruah saat hujan datang, tanpa kendali menenggalamkan sawah itu sebagaimana yang pernah berkali-kali melanda sawah itu kala musim paneng menjelang.

Ancaman serupa itu selalu mengancam sebab banyak saluran belum terpasang dan sarana bendungan air yang belum ada, selain tanggul penahan dan saluran utama yang sudah dibangun tahun lalu, hanya mampu menahan bencana kecil, sedangkan bencana besar masih menjadi ancaman pentani di sana.

“Selain itu sarana jalan yang sudah dibangun, juga belum terlalu mendukung. Ini juga perlu dipikirkan, karena jalan bagian dari terpenting untuk mengankut hasil pertanian,” kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), Rusli MS kepada Waspada.

Di sela-sela kenduri sawah itu, Munir berkata dirinya akan tetap mengusahakan perbaikan sarana guna menahan terjangan banjir yang datang dari segala penjuru; membangun parit besar setinggi tiga meter di sekeliling lahan, juga tanggul yang berhampiran dengan jalan, serta sarana kebutuhan lainnya.

Melihat kondisi yang ada, meskipun sudah banyak berubah, tetapi masih banyak yang perlu dipenahi lagi. Walikota mengharapkan dukungan petani, termasuk jika ada masalah yang timbul saat pembangunan proyek agar bersikap bijak, tidak menciptakan kepanikan, berunjuk-rasa ataupun melakukan sikap yang dianggap tidak terpuji lainnya.

Jika muncul masalah berkenaan dengan pengerjaan proyek yang tidak berkenan di hati mereka, sebaiknya perkara itu dilaporkan kepada Gechik atau tokoh masyarakat lainnya, untuk kemudian disampaikan kepada Camat. “Saya tidak mau petani terlalu mencampuri masalah tehnis proyek,” tegasnya.(Arafat Nur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar